EKSPOSTIMES.COM – Udara pagi di kawasan Kayuringin, Bekasi Selatan, masih menyisakan aroma tanah lembap dan suara alat berat yang bekerja tanpa henti. Di tengah hiruk-pikuk proyek, langkah tegap Wali Kota Bekasi Tri Adhianto menarik perhatian warga sekitar. Dengan rompi lapangan dan topi pelindung, Tri meninjau langsung proyek revitalisasi dan normalisasi bantaran Sungai Kayuringin yang kini tengah dikebut pengerjaannya.
Didampingi oleh Plt. Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA) Kota Bekasi, Idi Sutanto, serta perwakilan Balai Sungai Wilayah Ciliwung Cisadane (BSWCC), Tri memastikan setiap tahap pekerjaan berjalan sesuai rencana.
“Penataan dilakukan sesuai dengan kondisi eksisting tanpa mengambil area trotoar, agar fungsi pedestrian tetap terjaga,” ujarnya di sela kunjungan.
Revitalisasi ini merupakan bagian dari program besar penataan kawasan bantaran sungai, yang sebelumnya dipenuhi deretan pedagang kaki lima dan bangunan semi permanen. Pemerintah Kota Bekasi telah melakukan pembongkaran lapak secara bertahap, dan kini proyek tersebut mencapai progres sekitar 30 persen, dengan target penyelesaian pada akhir tahun 2025.
Lebih dari sekadar mempercantik wajah kota, proyek ini memiliki dimensi lingkungan yang krusial. Pemkot Bekasi juga melakukan normalisasi aliran Sungai Kayuringin dengan pelebaran saluran dan pengerukan sedimentasi, untuk mengembalikan fungsi sungai secara optimal.
“Normalisasi ini sangat penting untuk mengurangi potensi banjir. Selama ini, kawasan Kayuringin memang menjadi titik genangan saat musim hujan. Dengan pelebaran dan penguatan struktur aliran sungai, kita ingin memastikan air tidak meluap dan cepat mengalir ke Kali Bekasi,” jelas Tri.
Proyek ini berdiri di atas lahan milik Perum Jasa Tirta (PJT) dan dikerjakan melalui koordinasi lintas lembaga, termasuk dukungan dari BSWCC. Kolaborasi ini menjadi wujud nyata sinergi antara pemerintah daerah, lembaga pengelola sungai, dan instansi teknis pusat dalam mengatasi persoalan lingkungan perkotaan yang semakin kompleks.
Namun, penataan fisik hanyalah satu sisi dari upaya besar ini. Di sisi sosial, Pemkot Bekasi turut menggandeng Bank Jabar Banten (BJB) untuk membantu proses pendataan dan pembinaan pedagang yang sebelumnya menempati bantaran sungai. Para pedagang akan dibentuk dalam paguyuban resmi, diberikan identitas, serta difasilitasi akses ke layanan perbankan dan lokasi usaha yang lebih tertib.
“Kita ingin pastikan tidak ada lagi pedagang liar setelah penataan ini selesai. Semua akan terdata, dibina, dan diarahkan ke tempat yang layak. Lingkungan bersih, pedagang tetap bisa berusaha,” tambah Tri dengan nada optimis.
Dengan deru alat berat yang terus bergema di sepanjang bantaran sungai, proyek Kayuringin kini menjadi simbol perubahan bukan hanya membangun infrastruktur, tetapi menghidupkan kembali harapan warga untuk Bekasi yang tertata, bebas banjir, dan berwajah manusiawi. (Lian)


 
									










