MANADO, EKSPOSTIMES.COM- Nasib kurang beruntung menimpa para atlet Esports dari Sulawesi Utara yang berlaga di ajang PON XXI di Aceh dan Sumatera Utara. Para atlet ini merasa kerja keras mereka tidak dihargai oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulawesi Utara, yang dinilai memangkas gaji dan uang makan mereka.
Menurut informasi yang beredar, dana yang berasal dari KONI, Dinas Kesehatan, dan Dispora Manado tidak sepenuhnya diberikan kepada para atlet Esports. Hal ini diungkapkan oleh Suharto Ishak Kiu, yang menyebut bahwa jumlah dana yang seharusnya diterima atlet dikurangi secara signifikan.
“KONI Sulut seolah lupa jasa para atletnya. Gaji dan uang makan mereka dipotong. Seharusnya mereka mendapat dana sebesar Rp 4 juta dari KONI, Rp 250 ribu dari Dinas Kesehatan, dan Rp 950 ribu dari Dispora,” ujar Kiu.
Lebih buruk lagi, selama 11 hari di PON, para atlet dikabarkan mendapat perlakuan yang tidak adil. Kekecewaan bertambah ketika peralatan yang diberikan kepada mereka, seperti handphone Android yang dianggarkan seharga Rp 25 juta namun dibeli hanya seharga Rp 16 juta, diminta untuk dikembalikan oleh Sekretaris ESI Sulut, Vian Rondonuwu, dan Jendra Kolompoy, sebelum mereka kembali ke Manado. Alasannya adalah bahwa barang tersebut merupakan milik daerah.
“Ini tidak adil. HP tersebut diminta kembali seolah-olah akan dikuasai oleh oknum yang serakah. Teknologi seperti HP berubah setiap tahun, tidak mungkin dipakai lagi untuk ajang berikutnya. Bagaimana olahraga di Sulut bisa berkembang jika hal seperti ini terus terjadi?” lanjut Kiu dengan nada kesal.
Sebagai orang tua atlet, Kiu juga menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi yang dialami para atlet dan menyayangkan sikap Ketua KONI Sulut, Steven Kandouw, yang dianggap tidak mampu memberikan perhatian yang layak kepada atlet-atlet Sulawesi Utara.
“Kami para orang tua berharap Ketua KONI Sulut, Bapak Steven Kandouw bisa memperhatikan masalah ini. Apa penghargaan yang diberikan kepada para atlet yang telah berjuang keras? Anak-anak kami sudah mengorbankan waktu, tenaga, bahkan perkuliahan mereka, namun tidak dihargai,” tambahnya.
Kiu menegaskan, jika Steven Kandouw tidak mampu membina para atlet dan ofisial, lebih baik mundur dari jabatannya.
“Saya meminta Bapak Steven Kandouw untuk mundur dari Ketua KONI Sulut karena tidak mampu membina atlet, ofisial dan tim lainnya. Ada pelatih yang bahkan sempat memaki para atlet selama masa karantina di Manado. Kami orang tua sangat kecewa,” tegas Kiu.
Ia juga menekankan bahwa kekecewaan ini murni karena perlakuan yang diterima anak-anak mereka, bukan karena tahun politik.
“Ini tidak ada kaitannya dengan politik. Jika ada yang baik, saya akan katakan baik. Tapi kalau tidak, apa saya harus bilang baik? Ini murni karena anak saya merasakan langsung perlakuan tersebut, dan sebagai orang tua, saya sangat kecewa dengan KONI Sulut,” tutup politisi Gerindra itu dengan nada kecewa. (*/tim)










